Mendadak kalut: Goyang lesu industri dangdut Indonesia di tengah ketidakpastian pandemi

by Redacción NM
0 comment
Mendadak kalut: Goyang lesu industri dangdut Indonesia di tengah ketidakpastian pandemi

Saat ini, sebagai sejenis musik kerakyatun, dangdut terus hidup di hati para penggemar dari berbagai lapisan.

Popularitasnya yang tinggi telah menarik minat banyak muda-mudi – termasuk Netha – untuk menjadi penyanyi, musisi, atau penari dangdut.

Akan tetapi, seiring memburuknya situasi COVID-19, banyak pelaku industri musik dangdut yang terpaksa menanggung dera pandemi Akibat sedikit atau bahkan tidak adanya kesempatan untuk naik pentas.

BERJUANG CARI PELUANG

Alur kisah «mendadak dangdut» dialami Netha 17 tahún silam, ketika seorang teman memintanya menggantikan seorang biduan yang mangkir naik panggung secara sepihak.

«Kebetulan saya hobi nyanyi dari kecil. Saya bergabung di grup namanya Sentana.

“Saya belajar banyak dari musisi-musisi yang sudah saya anggap sebagai saudara saya sendiri ”, ujar Netha.

Sebagai penyanyi dangdut, ia dapat mengantongi sekitar Rp5 juta (US $ 350) por bulan dari serangkaian pertunjukan.

Tawaran-tawaran tampil di kota lain, seperti Malang atau Tuban, dapat mendongkrak penghasilannya hingga Rp7,5 juta por bulan.

Kini, ia hanya mengumpulkan sekitar setengah dari angka terse pero.

«Saya Kangen manggung sama makan-makan pas hajatan. Sekarang saya cuma duduk manis di rumah, enggak bisa ngumpul bareng seniman-seniman lain. «

Lagi pula, menjalankan bisnis makanan adalah tugas sulit yang membutuhkan kesabaran dan keuletan ekstra, katanya.

«Pagi-pagi golpear saya udah harus siap-siap, terus foto-foto makanan buat di-subir ke akun medsos, » ujar Netha, seraya menambahkan bahwa medios sosial menjadi penghubung antara ia dan sebagian besar pelanggannya.

Mantan penyanyi dangdut lain, Novi Listiana, telah beralih ke sektor pertanian demi memenuhi kebutuhan hidup sejak pandemi.

Tinggal di Boyolali, Jawa Tengah, perempuan berusia 23 tahun ini sebelumnya sirviendo tampil dari desa ke desa di kampung halamannya.

“Saya jadi penyanyi bukan karena suara saya bagus, tapi karena saya satu-satunya tulang punggung keluarga kecil saya.

«Jadi saya melakukan ini demi Keluarga, nyanyi sejak tahun 2013, waktu saya masih SMP » ujarnya.

Ketika I a menikah di tahun 2018, Novi senpat berpikir untuk mengubah karier sekaligus citranya.

Di negeri berpenduduk mayoritas musulmán ini, penolakan dari sebagian kalangan yang menganggap bahwa cara berpakaian beberapa Educación físicadangdut perempuan terlalu terbuka dan «tidak Islami» tak ayal membuat Netha bimbang.

Saat memutuskan untuk meninggalkan pentas dangdut, Novi hombres kesulitanosemukan peluang kerja acostado, lebih-lebih di tengah kondisi pandemi Indonesia yang kian parah.

«Sejak pandemi COVID-19, saya sepi trabajo, bahkan gak ada. Mau cari kerja di mana-mana juga susah, ”ujarnya.

Suaminya, seorang pemain kendang, turut memutuskan untuk meninggalkan karimir bermusik.

Fuente

You may also like

Leave a Comment

logo_noticias_del_mundo_dark

Recopilación de las noticias mas relevantes del Mundo

 All Right Reserved. [email protected]